Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Konflik Dalam Keluarga dan Dampaknya Terhadap Anak

Manusia tidak akan mampu berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain. Dalam hidupnya, ia akan berinteraksi dengan manusia lainnya untuk saling memenuhi kebutuhan. Hubungan yang di jalin antar manusia tidak akan selalu selaras dengan harapan. Ada saja permasalahan atau konflik-konflik yang mengiringinya. 

Begitu pun dalam keluarga, konflik selalu muncul di dalam hubungan antar anggota keluarga tersebut. Konflik memang tidak dapat dihindari, tetapi bisa dicari solusinya. Selain itu, konflik tidak selalu berdampak negatif karena ada juga konflik yang berdampak positif.

Konflik di dalam keluarga biasanya terjadi antara orangtua dengan anak, suami dengan istri, maupun adik dengan kakak. Maka dari itu, konflik di dalam keluarga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. 
konflik dalam keluarga dan dampaknya terhadap anak
Nah, pada kesempatan ini saya akan membahas lebih jauh mengenai konflik yang terjadi dalam di lingkungan keluarga.

Pengertian Konflik Dalam Keluarga

Secara bahasa, konflik memang identik dengan percekcokan, perselisihan, dan juga pertengkaran.Sedangkan keluarga dapat diartikan sebagai unit terkecil di masyarakat yang terbentuk dari ikatan perkawinan. 

Jadi, secara sederhana konflik dalam keluarga berarti sebuah perselisihan atau percekcokan antarindividu dalam unit terkecil di masyarakat.

Kita seringkali menganggap konflik sebagai suatu perselisihan atau permusuhan yang menybebabkan hubungan menjadi kurang baik. 

Meskipun demikian, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa tidak semua konflik dapat berakibat buruk bahkan sebaliknya malah menimbulkan hal-hal positif.

Misalnya adanya suatu konflik dapat menyebabkan kita menjadi "tahan banting" dalam menghadapi permasalahan. Kita akan terlatih untuk berpikir kritis dan praktis ketika mencari solusi dari pemasalahan yang dihadapi. Alhasil, ketika konflik tersebut berulang maka kita sudah mengetahui cara mengatasinya.

Contoh lain konflik dalam kehidupan keluarga yaitu ketika sebuah keluarga mengalami permasalahan keuangan. Maka seluruh anggota keluarga akan berusaha untuk bekerja keras memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Jika nantinya keuangan keluarga sudah tercukupi, maka sikap "kerja keras" tidak akan hilang.

Karakteristik Konflik Dalam Keluarga

Keluarga merupakan salah satu unit sosial yang mana hubungan antar anggotanya memiliki saling ketergantungan yang tinggi. Maka dari itu, konflik dalam keluarga merupakan suatu keniscayaan yang pasti terjadi. 

Konflik di dalam keluarga dapat terjadi karena adanya ketidaksetujuan antara anggota keluarga. Konflik tersebut bisa terjadi antara orangtua dengan anak, adik dengan kakak, atau suami dengan istri.

Selain itu, konflik dalam keluarg dapat juga terjadi antara menantu dengan mertua, dengan saudara ipar, dengan paman, dengan bibi, atau dengan anggota keluarga lainnya.

Faktor yang membedakan antara konflik keluarga dengan kelompok sosial lain adalah intensitas hubungan di dalam keluarga.

Kita tahu bahwa hubungan antara anggota keluarga merupakan jenis hubungan yang sangat dekat atau memiliki intensitas yang sangat tinggi. 

Keterikatan antara pasangan, orang tua dan anak, atau sesama saudara berada dalam tingkat tertinggi dalam hal kelekatan, afeksi maupun komitmen. 

Ketika masalah yang serius muncul dalam hubungan tersebut, maka perasaan positif yang dibangun seketika bisa berubah menjadi perasaan negatif yang mendalam.

Misalnya saja, kita akan merasakan sakit yang mendalam ketika disakiti oleh orang yang dekat dengan kita (keluarga) daripada disakiti oleh orang lain yang tidak terlalu dekat.

Pengkhianatan terhadap hubungan kasih sayang, berupa perselingkuhan dapat menimbulkan kebencian yang mendalam sedalam cinta yang tumbuh sebelum terjadinya pengkhianatan.

Hubungan dalam keluarga merupakan hubungan yang bersifat kekal. Orang tua akan selalu
menjadi orang tua, demikian juga saudara. Tidak ada istilah mantan orang tua atau mantan
saudara. Oleh karena itu, dampak yang dirasakan dari konflik keluarga seringkali bersifat jangka panjang. 


Bahkan seandainya konflik dihentikan dengan mengakhiri hubungan persaudaraan,
misalnya berupa perceraian atau lari dari rumah (minggat) sisa-sisa dampak psikologis dari konflik tetap membekas dan sulit dihilangkan.

Konflik Anak Dengan Orangtua

Konflik anak dengan orangtua biasanya terjadi ketika anak sudah memasuki masa remaja. Masa remaja adalah masa transisi anak sebelum ke tahap dewasa dimana para remaja seringkali mencari hal-hal baru di luar rumah yang terkadang menimbulkan masalah.

Masalah tersebut berkaitan dengan aktivitas remaja sehari-hari seperti tentang kegiatan belajar remaja, disiplin sekolah, hubungan dengan saudara kandung, atau pergaulan bersama teman-temannya yang sering keluar malam. 

Bagi remaja sendiri banyak yang menyadari bahwa konflik tersebut timbul akibat ulah mereka yang tidak patuh, tidak disiplin, salah memilih teman bergaul, konflik dengan saudara kandung, dan sebagainya. Remaja menyadari hal ini sebagai bentuk ketidakdisiplinan mereka terhadap penegakkan aturan di dalam keluarga. 

Masalah-masalah yang dialami oleh remaja tersebut pada dasarnya adalah hal yang wajar karena remaja sedang mengalami masa pubertas dan berupaya mencari jati diri. Hanya saja orangtua perlu mengetahui hal-hal yang harus dilakukan ketika anak memasuki masa remaja.

Konflik Pasangan

Konflik selalu terjadi dalam suatu hubungan, bahkan dalam hubungan yang sempurna sekalipun konflik tidak dapat dihindari. Ketika ada dua orang atau kelompok yang akan mengambil keputusan pasti mempunyai potensi terjadinya konflik.

Demikian pula halnya dengan kehidupan perkawinan.  Dalam suatu perkawinan terkadang apa yang diharapkan oleh masing-masing individu tidak sesuai dengan kenyataan setelah individu tersebut menjalani bahtera rumah tangga.

Kehidupan rumah tangga menuntut adanya perubahan gaya hidup, penyesuaian diri terhadap tuntutan peran dan tanggung jawab baru baik dari suami maupun istri. Ketidakmampuan untuk melakukan tuntutan-tuntutan tersebut tidak jarang menimbulkan pertentangan, perselisihan dan bahkan berakhir dengan perceraian.

Perselisihan, pertentangan dan konflik dalam suatu rumah tangga merupakan sesuatu yang terkadang tidak bisa dihindari tetapi harus dihadapi.

Dalam rumah tangga, perempuan lebih rentan untuk mengalami konflik karena ketika telah menikah, mereka sanggup untuk menyerahkan diri secara total pada pasangannya. Wanita lebih menunjukkan tanda-tanda emosional.  Hal ini terlihat bahwa wanita lebih cepat bereaksi dengan hati yang penuh ketegangan, lebih cepat berkecil hati, bingung, takut, dan cemas.

Kekerasan yang terjadi pada pasangan bisa berupa kekerasan fisik, kekerasan verbal, sikap bertahan dan menarik diri dari interaksi dengan pasangannya. Contohnya menampar pasangannya atau saling memukul. 

Melontarkan kekerasan verbal ditandai dengan adanya perilaku yang menunjukkan penghinaan, kecaman atau ancaman yang dilontarkan oleh salah satu pasangan kepada pasangannya; atau kedua-duanya saling menyerang secara verbal yang berakibat atau melukai perasaan pasangannya saat konflik terjadi.

Dampak Konflik Keluarga Pada Anak 

Kondisi keluarga yang tidak harmonis akibat konflik ini akan membuat anak tertekan dan kehilangan pegangan dalam mengembangkan kepribadiannya. Keadaan tertekan berati tidak ada lagi orang yang dapat dijadikan model untuk ditiru bagi anak.

Akibatnya, situasi dalam rumah menjadi tegang, frekuensi dan kualitas komunikasi pun berkurang. Remaja dalam situasi seperti ini menjadi aman. Apalagi jika konflik keluarga berlangsung lama.

Keadaan ini akan memperburuk situasi dan pada gilirannya anak akan merespon situasi ini dengan caranya sendiri. Oleh karena itu, menyaksikan konflik orangtua dalam suatu keluarga bagi anak tentu tidak akan memberikan rasa aman dan ketenteraman batin.

Bahkan adanya konflik keluarga antara ayah dan ibu, kemungkinan dapat menjadi sumber penyebab anak bertindak cenderung agresif sebagai cara pelampiasan rasa marah, kecewa dan bentuk ketidaksetujuan lainnya.

Itulah sedikit pembahasan mengenai konflik dalam keluarga dan dampaknya terhadap anak. Pada intinya, konflik pasti terjadi dalam sebuah keluarga, tetapi tidak harus dihindari bahkan justru perlu dicari solusinya.

Semoga bermanfaat. Salam Sejahtera.

2 komentar untuk "Konflik Dalam Keluarga dan Dampaknya Terhadap Anak"

  1. Kl semuanya dilakukan dg hati, dijalani dg tulus, insya allah bisa meminimalisir konflik.. Yaela kaya udah berkeluarga aja komennya, eheheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. tapi itu bisa jadi salah satu solusi mencegah konflik keluarga kak, kayanya udah siap berkeluarga nih, jadi kapan? wkwkw

      Hapus