Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cara Anak Belajar dan Berkembang

cara anak belajar dan berkembang
Meskipun adanya perbedaan pandangan dalam memahami cara anak berkembang dan belajar merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Secara umum, cara anak belajar dan berkembang dapat dijelaskan melalui prinsip-prinsip berikut.

1. Perkembangan berlangsung sebagai suatu keseluruhan ranah-fisik, sosial, emosional, dan kognitif-yang saling terjalin. 

Prinsip ini menjelaskan bahwa perkembangan itu terjadi secara menyeluruh dalam semua aspek perkembangan dan sekaligus ada keterjalinan erat antara perkembangan suatu ranah dengan ranah-ranah lainnya. Perkembangan dalam suatu ranah dapat membatasi atau memfasilitasi perkembangan ranah-ranah lainnya. 

2. Perkembangan terjadi dalam suatu urutan yang relatif dapat diprediksi; abilitas, keterampilan, dan pengetahuan selanjutnya dibangun berdasarkan apa yang sudah diperoleh terdahulu.  

Prinsip ini menjelaskan bahwa ada pola dan urutan tertentu dalam perkembangan anak yang cenderung dapat diperkirakan. Perubahan dapat di prediksi terjadi dalam seluruh ranah perkembangan walaupun manifestasi dari cara perubahan tersebut serta makna yang melekat pada perubahan itu pula dapat bervariasi dalam konteks kultur yang berbeda. 

Selain itu, perkembangan juga merupakan suatu proses yang berkesinambungan sehingga pengalaman belajar dan taraf ketercapaian tugas perkembangan pada suatu periode akan mendasari  proses perkembangan berikutnya.

3. Perkembangan berlangsung dengan rentang yang bervariasi antar anak dan juga antar bidang perkembangan dari masing-masing fungsi. 

Variasi individu minimalnya memiliki dua dimensi, yaitu variabilitas dari rata-rata perkembangan dan keunikan masing-masing individu. 

Masing-masing anak memiliki pribadi yang unik dengan pola dan waktu pertumbuhan individualnya dan juga bersifat individual dalam hal kepribadian, temperamen, gaya belajar serta latar belakang pengalaman dan keluarganya.

4. Pengalaman awal memiliki pengaruh kumulatif dan tertunda terhadap perkembangan anak. 

Pengalaman awal anak bersifat kumulatif dalam arti bahwa jika suatu pengalaman terjadi secara jarang. maka pengalaman itu bisa memiliki pengaruh yang sedikit. Sebaliknya, jika pengalaman tersebut terjadi dengan sering, maka pengaruhnya bisa kuat, kekal, dan bahkan semakin bertambah. 

5. Perkembangan berlangsung dalam arah yang dapat di prediksi ke arah kompleksitas, kekhususan, organisasi, dan internalisasi yang lebih meningkat. 

Belajar pada anak berlangsung dari pengetahuan yang sederhana ke pengetahuan simbolik atau representasional yang lebih kompleks. Anak banyak belajar dari pengalaman langsung dan secara bertahap mengembangkannya ke dalam bentuk pengetahuan simbolis seperti gambar, tulisan, permainan peran, dan sejenisnya.

6. Perkembangan dan belajar terjadi dan dipengaruhi oleh konteks sosial dan kultural yang majemuk. 

Menurut model ekologis, perkembangan anak sangat baik dipahami dalam konteks sosiokultural keluarga, pendidikan, masyarakat yang lebih luas. Konteks yang bervariasi tersebut saling berinteraksi dan semuanya memiliki pengaruh terhadap perkembangan anak.

7. Anak adalah pembelajar aktif, mengambil pengalaman fisik dan sosial serta pengetahuan yang di transmisikan secara kultural untuk membentuk pemahaman tentang lingkungan sekitar. 

Anak berkontribusi terhadap perkembangan dan belajarnya sendiri disaat ia berupaya memaknai pengalaman sehari-harinya di rumah, sekolah, dan masyarakat. Sejak lahir, anak secara aktif terlibat dalam membentuk pemahamannya sendiri dari pengalamannya, dan pemahaman ini diperantarai secara jelas berkaitan dengan konteks sosiokultural.

8. Perkembangan dan belajar merupakan hasil dari interaksi kematangan biologis dan lingkungan yang mencakup lingkungan fisik dan sosial tempat anak tinggal. 

Manusia merupakan produk dari keturunan dan lingkungan, dan kekuatan-kekuatan ini saling berinterelasi. Perkembangan dipandang sebagai hasil proses interaktif transaksional antara individu yang berkembang dengan pengalaman-pengalamannya dalam dunia sosial dan fisik.

9. Bermain merupakan suatu sarana penting bagi perkembangan sosial, emosional, dan kognitif anak, serta merefleksikan perkembangan anak. 

Bermain merupakan konteks yang sangat mendukung proses perkembangan anak. Bermain memberi kesempatan kepada anak untuk memahami lingkungan, berinteraksi dengan yang lain dalam cara-cara sosial, mengekspresikan dan mengontrol emosi.serta mengembangkan kapabilitas anak.

10. Perkembangan dapat mengalami percepatan bila anak memiliki kesempatan untuk mempraktikkan keterampilan-keterampilan yang baru diperoleh dan juga ketika mereka mengalami tantangan diatas penguasaanya. 

Anak akan cenderung malas dan tidak termotivasi bila dihadapkan pada kegiatan yang terlalu mudah dan tidak menantang. Sebaliknya, anak juga akan frustrasi bila dihadapkan pada kegiatan yang terlalu sulit dan membuatnya selalu gagal.

11. Anak mendemonstrasikan modalitas-modalitas untuk mengetahui dan belajar yang berbeda serta cara yang berbeda pula dalam merepresentasikan apa yang mereka tahu.

Anak memahami lingkungan dengan banyak cara dan ia cenderung memiliki cara berlajar yang lebih disukai atau lebih kuat. 

Prinsip perbedaan modalitas ini mengimplikasikan bahwa guru perlu menyediakan kesempatan bagi anak tidak hanya untuk menggunakan cara-cara belajar yang disukainya serta menggunakan kekuatan-kekuatannya, tetapi juga kesempatan untuk memantu anak mengembangkan modalitas atau kapabilitas yang kurang kuat.

12. Apabila berkembang dan belajar terbaik dalam suatu konteks komunitas yang menghargai, memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiknya, dan aman baik secara fisik maupun psikologis.

Kondisi ini akan mendorong anak untuk berekspresi dan beraktualisasi secara optimal. Anak memiliki keleluasaan untuk bergerak, berperilaku, dan menyatakan pendapat tanpa terbebani dengan tekanan-tekanan psikologis. Begitupun keamanan fisiknya terjamin sehingga ia bisa terhindar dari hal-hal yang bisa membahayakan.

Disamping pentingnya memperhatikan prinsip-prinsip perkembangan dan belajar anak diatas, kebermaknaan belajar bagi anak juga perlu diperhatikan.Belajar dalam bentuk yang lebih tinggi akan melibatkan pemahaman yang bermakna dan penggunaan reflektif dari pemahahaman tersebut. 

Pentingnya menekankan belajar sebagai suatu proses personal, dimana anak akan membangun pengetahuan dan pengalaman yang mereka bawa ke dalam pengalaman belajar.

Anak akan belajar dengan baik dan bermakna apabila:
  1. Anak merasa aman secara psikologis serta kebutuhan-kebutuhan fisiknya terpenuhi. Rasa aman secara psikologis merupakan prasyarat untuk dapat membuat anak mau dan mampu mengekspresikan dirinya secara optimal. Kondisi ini akan mendorong anak untuk berani mengekspresikan apa yang ada dalam dirinya dan berani melakukan sesuatu.
  2. Anak membentuk suatu pengetahuan. Kesempatan anak untuk berinisiatif dan berkreasi merupakan hal yang akan membuat pengalaman belajarnya semakin bermakna. Apabila anak diberi kesempatan untuk mencari, menemukan dan menciptakan sesuatu dapat menumbuhkan kemampuan berpikir dan kreativitasnya secara optimal.
  3. Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan teman sebaya. Pengalaman interaksi sosial anak dengan sebayanya dan dengan orang dewasa dapat memfasilitasi keterampilan komunikasi dan sosialnya, juga dapat mengembangkan aspek-aspek perkembangan kognisi, emosi dan moralnya. Pergaulan sosial dapat memberikan latar belakang pengalaman hidup yang kaya dan alami bagi anak, sehingga dapat mendorong segenap aspek perkembangan anak secara lebih terintegrasi dan menyeluruh. Melalui interaksi sosial, anak dapat berlatih mengekspresikan emosinya dan menguji perilaku-perilaku moralnya secara tepat. Begitu pula pengenalan anak terhadap pola pikir orang lain dapat memperkaya pengalaman kognisinya.  
  4. Kegiatan anak merefleksikan suatu lingkaran yang tak pernah putus mulai dari kesadaran, kemudian beralih pada eksplorasi, pencarian, dan akhirnya penggunaan. Melalui berbagai pengetahuan yang sudah diperolehnya, anak akan mulai tumbuh keinginan untuk mencari sesuatu dan mencoba untuk diterapkan dalam kehidupannya sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Apabila berhasil maka anak akan mencari dan mencari lagi secara terus menerus, dan apabila gagal akan mencoba dan mencoba lagi sampai keinginan dirinya terpenuhi.
  5. Anak belajar melalui bermain. Bermain adalah dunia anak sekaligus sebagai sarana belajar anak. Memberikan kesempatan bermain kepada anak, artinya meberikan kesempatan anak untuk belajar. Memberikan kesempatan anak belajar dengan dengar cara bermain berarti telah berusaha membuat pengalaman belajar yang dirasakan secara alami oleh anak yang bersangkutan sehingga menjadi bermakna baginya.
  6. Minat dan kebutuhan anak untuk mengetahui terpenuhi. Anak biasanya memiliki minat dan kebutuhan yang kuat untuk mengetahui berbagai hal yang dilihat dan di dengarnya. Untuk membuat kegiatan belajar anak itu bermakna, anak perlu diberi kesempatan yang cukup untuk melakukan hal-hal yang dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan untuk mengetahui tersebut.
  7. Unsur variasi individual anak diperhatikan. Meskipun ada pola-pola perkembangan yang lazim dilalui oleh anak, akan tetapi variasi antara anak yang satu dengan anak yang lainnya tetap ada. Anak akan belajar secara bermakna apabila ia diberi kesempatan untuk mendapat pelayanan sesuai dengan gaya belajar, minat, dan keunikannya masing-masing.
Sumber:
Solehudin. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Pedagogiana Press: Bandung.

Posting Komentar untuk "Cara Anak Belajar dan Berkembang"