Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Inspiratif Dari Keluarga Tunawicara dan Tunarungu

Setiap orang pasti ingin menikah dan hidup dalam suatu rumah tangga. 

Baik kaum laki-laki maupun perempuan akan terus bekerja keras dan terus memperbaiki diri agar suatu saat nanti dapat menikmati hidup berkeluarga. Tentu keluarga sejahtera yang akan mereka dambakan.

Ketika berkeluarga, bagi orang normal mungkin tidak akan terlalu kesulitan untuk mencari nafkah dan menghidupi keluarganya. Mereka hanya perlu bekerja sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Lalu bagaimana dengan orang yang memiliki keterbatasan dan berkebutuhan khusus seperti tunarungu dan tunawicara?
kisah inspiratif dari keluarga tunawicara dan tunarungu
Saya memiliki seorang paman yang berkebutuhan khusus yaitu tunarungu dan tunawicara. Saat masih bujangan, ia tidak pernah bekerja ke perantauan yang jauh dari rumahnya karena sadar akan keterbatasan yang ia miliki.

Orang-orang mungkin juga akan berpikir dua kali untuk mempekerjakannya apalagi ia tidak bisa mendengar dan berbicara.

Logika kasar manusia akan bertanya-tanya bagaimana ia menikah dan berkeluarga jika untuk bekerja saja sulit ia dapatkan. Bagaimana ia menafkahi keluarganya nanti?
Itu yang sering ditanyakan oleh kebanyakan orang.

Namun, kita ketahui bahwa jodo, pati, bagja, cilaka (jodoh, susah, senang, celaka) sudah diatur oleh Allah SWT.

Ia hanya bekerja menjadi buruh serabutan di lingkungannya sendiri. Ketika diajak bertani diladang orang lain, ia ikut. Ketika disuruh membetulkan genteng yang bocor, ia laksanakan. Ketika ia disuruh memijat, ia lakukan.

Berapapun imbalan yang ia dapatkan, ia terima. Ia sadar, dengan keterbatasan yang dimilikinya masih ada orang-orang yang percaya kepadanya dan memberinya pekerjaan meskipun dengan imbalan yang tidak seberapa.

Maka dari itu, ia selalu bersyukur dan bersyukur karena ia yakin bahwa Allah SWT tidak akan mempersulit manusia yang mau berusaha dan bekerja keras.

Layaknya manusia normal, ia juga ingin menikah, memiliki istri, dan hidup berkeluarga. Ia senantiasa berdo'a, bekerja keras, dan menabung untuk masa depannya.

Dan lagi-lagi, Allah SWT tidak pernah mengingkari janjinya bagi mereka yang mau berusaha.

Paman saya mendapatkan istri yang sama-sama menderita kebutuhan khusus sama sepertinya yaitu tunarungu dan tunawicara.

Apakah ia mengeluh dengan itu semua? Tidak, justru ia bahagia dan sangat berterima kasih kepada Allah SWT masih diberikan kehidupan yang layak seperti manusia pada umumnya.

Kini, ia bersama istrinya sudah memiliki rumahnya sendiri dan menjalani kehidupan sehari-hari yang normal meskipun disertai dengan berbagai keterbatasan.

Saat idul fitri kemarin, ia berkunjung ke rumah saya sebagaimana dilakukan oleh keluarga-keluarga lainnya. Semua keluarga besar berkumpul dan saling memaafkan.

Ia terlihat sehat dilihat dari tubuhnya yang kini agak lintuh (gemuk) dibandingkan dengan saat ia masih bujangan yang kurus. Hal ini menandakan bahwa kehidupan yang ia jalani memberikan kebahagiaan baginya dan keluarganya.

Sebuah renungan bagi kita yang masih diberikan kesehatan dengan kondisi fisik yang normal. Kadangkala kita tidak puas dengan pekerjaan yang kita lakukan, kita tidak pernah puas dengan apa yang telah kita miliki.

Berangkat dari ketidakpuasan itu kita jadi lebih banyak mengejar duniawi sehingga kita lupa untuk bersyukur dan berterima kasih kepada Allah SWT atas semua yang diberikan-Nya.

Satu pertanyaan untuk kita semua.

Sudahkah kita bersyukur hari ini dengan segala hal yang telah kita miliki?

Salam sejahtera.

Posting Komentar untuk "Kisah Inspiratif Dari Keluarga Tunawicara dan Tunarungu"