Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pendidikan Karakter Menurut Homeros dan Hesiodos

pendidikan karakter menurut homeros dan hesiodos
Istilah pendidikan karakter dipakai secara khusus dalam konteks pendidikan baru muncul pada akhir abad 18.

Namun, sebenarnya pendidikan karakter telah lama menjadi bagian inti sejarah pendidikan itu sendiri, misalnya ditemukannya cita-cita Paideia Yunani dan Humanitas Romawi.

Dua orang pendidik besar asal Yunani yaitu Homeros dan Hesiodos memberikan dua pandangan yang berbeda tentang pendidikan karakter yang disebut dengan arete atau manusia yang baik/manusia ideal.

Arete mengacu pada kekuatan fisik, seperti keberanian, juga dorongan meraih kegemilangan dan hormat.

Arete dalam Bahasa Yunani mengindikasikan sebuah kualitas melalui suatu hal yang ditentukan oleh identitasnya. Atau secara sederhana bisa dikatakan sebagai "sesuatu" yang membuat "sesuatu" menjadi unik, tidak sama dengan yang lainnya.

Pendidikan karakter ala Homeros yang menggambarkan manusia ideal tampil dalam gambaran diri seorang pahlawan.

Ideal manusia adalah menjadi manusia yang baik (aner agathos)

Bagi masyarakat homerian, menjadi manusia yang baik mengindikasikan berbagai hal seperti "berasal dari kalangan bangsawan, memiliki kualitas penampilan fisik, memiliki keberanian dan memperoleh kemenangan dalam perang, harus kuat, besar, tampan, mampu berbicara dengan baik dalam pemusyawaratan, juga harus kaya dan perkasa."

Inilah yang menurut masyarakat Homeros disebut sebagai manusia yang memiliki arete.
Jadi, pendidikan karakter pada masa Homeros lebih menekankan pertumbuhan individu secara utuh dengan mengembangkan potensi yang ada dalam individu tersebut.

Namun, Hesiodos memiliki pandangan yang berbeda dengan Homeros mengenai arete.
Manusia yang baik atau arete ala Homeros kental akan lingkup sosial aristokrasi, kebangsawanan, dan kepahlawanan dalam perang.

Hesiodos menganggap bahwa arete dapat dimiliki oleh setiap orang, bahkan rakyat jelata sekalipun.

Konsep arete ala Hesiodos dapat dimiliki oleh setiap orang melalui penghayatan akan makna kerja keras.

Cucuran keringat dalam kerja, itulah keutamaan seseorang.

Bagi Hesiodos, hidup itu memang berat, namun perjalanan yang berat ini harus dilalui manusia agar memperoleh kebahagiaan dan kesuksesan.

Mereka yang berbohong, suka membuat muslihat, dan korup akan jatuh dalam keadaan sengsara.

Kerja, meskipun berat merupakan satu-satunya jalan menuju keutamaan, satu-satunya cara untuk sampai pada konsep arete.

Konsep arete bukanlah konsep yang dimiliki oleh kaum aristokrat atau bangsawan saja, melainkan konsep yang dimiliki oleh semua orang.

Kerangka pendidikan karakter ala Hesiodos ini telah memberikan inspirasi bagi kita terutama untuk senantiasa kerja keras dalam perjuangan dan pergulatan hidup sehari-hari.

"Manusia yang baik adalah mereka yang mampu memahami semuanya sendiri, semakin ia mengenal banyak semakin semuanya akan menjadi lebih baik. Orang yang bijaksana adalah mereka yang taat dan mendengarkan petuah-petuah yang baik. Siapa yang tidak dapat memahami dengan kekuatannya sendiri, yang tidak mencamkan apa yang didengarnya dari orang lain. Ia adalah manusia yang kopong." Begitu yang dikatakan Hesiodos.

Tidak dapat dipungkiri bahwa Homeros dan Hesiodos merupakan dua pendidik besar dalam kultur Yunani.

Homeros mengingatkan kita bahwa setiap kebudayaan bergerak dalam kerangka pembentukan humanisme aristokratis yang muncul dari kesadaran diri untuk membentuk kualitas diri sebagai pahlawan dan tuan atas dirinya sendiri.

Sementara Hesiodos menunjukkan dasar kokoh keutamaan masyarakat biasa, yaitu penghargaan atas nilai kerja yang membingkai perilaku adil demi kestabilan dan kesejahteraan suatu masyarakat.

Posting Komentar untuk "Pendidikan Karakter Menurut Homeros dan Hesiodos"