Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kegunaan Evaluasi Pendidikan Menurut Thorndike dan Hagen

Apa kalian pernah mendengar istilah evaluasi? 
Saya yakin sebagian besar orang pernah mendengarnya. Istilah evaluasi memang seringkali kita dengar dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam bidang pendidikan.

Evaluasi merupakan kata serapan dari Bahasa Inggris yaitu Evaluation yang artinya penaksiran atau penilaian. Sama halnya dengan menilai orang lain, hal tersebut juga masuk dalam konteks evaluasi.

Namun, evaluasi dalam bidang pendidikan berarti suatu proses penilaian dalam mengumpulkan dan menganalisis untuk menentukan taraf kemajuan pendidikan serta menetapkan pencapaian suatu tujuan baik untuk pendidik atau peserta didik.
kegunaan evaluasi pendidikan menurut thorndike

Tujuan evaluasi dalam konteks pendidikan adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas berbagai komponen dalam pendidikan itu sendiri seperti kualitas guru, kualitas peserta didik maupun kualitas lembaga/sekolah.

Thorndike dan Hagen merupakan dua pakar dalam bidang pendidikan yang telah memberikan uraian lengkap mengenai kegunaan evaluasi pendidikan dalam bukunya yang berjudul "Measurement and Evaluation in Psychology and Education (1997)". 

Kegunaan evaluasi/penilaian dapat dikaitkan dengan perencanaan, pengelolaan, proses, dan pelaksanaan dalam bidang pendidikan baik yang menyangkut perorangan, kelompok, maupun kelembagaan. 

Thorndike dan Hagen mengemukakan bahwa kegunaan penilaian pendidikan dapat diarahkan kepada keputusan-keputusan yang menyangkut pengajaran, hasil belajar, diagnosis dan usaha perbaikan, penempatan, seleksi, bimbingan dan konseling, kurikulum, dan penilaian kelembagaan.

Berikut ini penjelasan lengkap Kegunaan Evaluasi Pendidikan Menurut Thorndike dan Hagen.

Keputusan Dalam Bidang Pengajaran

Salah satu peranan penting usaha pengukuran dan penilaian pendidikan ialah untuk mengarahkan pengambilan keputusan yang berkenaan dengan apa yang harus diajarkan atau apa yang harus dipelajari dan dipraktikkan oleh para peserta didik, baik peserta didik secara perorangan, kelompok-kelompok kecil, ataupun keseluruhan kelas. 

Untuk itu maka pengukuran dan penilian harus mampu mengidentifikasi kompeteni dan materi pelajaran ataupun keterampilan yang spesifik. 

Berdasarkan hasil identifikasi ini pengajar dapat menetapkan kompetensi yang belum ada  pada peserta didik, yang selanjutnya dipakai dasar untuk menetapkan pengajaran berikutnya. 

Dalam kaitan ini penyelenggaraan ujian awal (pre-test) dan ujian pembinaan (formative test) dalam rangka Penilaian Acuan Patokan (creterion reference evaluation) sangat penting peranannya.

Keputusan Tentang Hasil Belajar

Berkenaan dengan hasil belajar, hasil pengukuran dan penilaian pendidikan tidak hanya berguna untuk pengetahuan penguasaan peserta didik atau berbagai hal yang pernah diajarkan atau dilatihkan, melainkan juga untuk memberikan gambaran tentang pencapaian program-program perguruan tinggi secara lebih menyeluruh. 

Tenaga pengajar mempunyai tanggung jawab untuk menyampaikan hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik kepada mereka, dan bahkan jika diperlukan juga perlu memberikan laporan kepada orang tua atau wali  peserta didik.

Pemberitahuan dan laporan hasil belajar ini diharapkan meliputi aspek- aspek yang lebih luas antara lain pengetahuan, sikap dan keterampilan yang cukup mewakili tujuan-tujuan pengajaran atau perkuliahan yang telah diprogramkan oleh perguruan tinggi. 

Untuk keperluan itu ujian-ujian akhir (summative test) yang bersifat komprehensif dari satuan lengkap mata kuliah/pelajaran menetapkan kenaikan tingkat, lulus dan tidak lulus, indeks prestasi, sanksi pendidikan, pemberian surat tanda tamat belajar (ijazah).

Keputusan Dalam Rangka Diagnosis dan Usaha Perbaikan

Kesulitan belajar peserta didik perlu dicari sebab-sebabnya dan ditanggulangi melalui usaha – usaha perbaikan. Kesulitan peserta didik ini sebab-sebabnya dapat terletak pada kurang dikuasainya secara mantap isi pelajaran tertentu dan dengan demikian usaha perbaikannya berkisar pada pemantapan isi pelajaran itu. 

Tes diagnostik diselenggarakan untuk mengetahui dalam bidang apa peserta didik telah atau belum menguasai kompetensi tertentu, atau dengan kata lain tes diagnostik untuk mengetahui berusaha mengungkapkan kekuatan dan/atau kelemahan peserta didik dalam bidang yang diujikan. 

Jenis pengukuran yang dipakai untuk keperluan menetapkan isi pelajaran lanjutan, yaitu mengidentifikasikan kompetensi-kompetensi yang menyangkut isi pelajaran atau keterampilan-keterampilan spesifik, namun dasar kedua jenis pengukuran itu berbeda. 

Pengukuran untuk keperluan pengajaran lanjutan diorientasikan pada masa depan (yaitu menjawab pertanyaan “Bertitik tolak dari yang ada sekarang kemana selanjutnya?”) Sedangkan pengukuran diagnostik diorientasikan pada masa lalu (yaitu menjawab pertanyaan “Bagaimana kesulitan peserta didik itu sampai terjadi ?”). 

Pengungkapan kelemahan-kelemahan peserta didik tidak hanya dapat dilakukan memalui tes diagnostik saja, tetapi juga dengan cara-cara lain. Analisis hasil-hasil ujian ataupun tugas sehari-hari juga dapat menghasilkan kenyataan-kenyataan tentang kelemahan peserta didik. Disamping itu, informasi tentang keadaan rumah.

Keputusan Berkenaan Dengan Penempatan

Di dalam sekelompok peserta didik sering menjumpai perbedaan yang cukup tajam dalam hal kemampuan mereka dalam bidang tertentu. Dalam keadaan seperti itu pengajaran atau pelayanan yang diberikan kepada peserta didik tersebut tidak seyogyanya diberikan secara sama rata kepada semua peserta didik. 

Peserta didik yang satu barangkali memerlukan pengajaran ataupun pelayanan yang lebih banyak daripada peserta didik yang lain. Keperluan peserta didik yang tidak sama ini sering mendorong pengajar untuk mengadakan pengelompokkan setara (homogenous grouping).

Kelompok-kelompok setara yang masing-masing memiliki taraf kemampuan yang berbeda-beda itu kemudian diberi pengajaran yang sesuai dengan taraf kemampuan masing-masing kelompok. 

Keputusan Berkenaan Dengan Seleksi

Seleksi bertujuan memilih orang-orang yang diharapkan akan mampu memanfaatkan sebesar-besarnya segenap kemudahan (fasilitas) yang tersedia pada lembaga yang akan dimasuki. 

Dari segi praktik seleksi biasanya dihubungkan dengan jumlah tempat yang tersedia dalam kaitannya dengan jumlah calon yang mendaftar untuk mengisi tempat itu, sedangkan secara ideal seleksi dihubungkan dengan mutu lulusan yang diharapkan. 

Kedua pertimbangan ini (baik pertimbangan yang menyangkut tempat ataupun mutu) keputusan yang diambil biasanya didasarkan atas batas lulus, jika tempat yang tersedia menjadi semakin terbatas dibandingkan dengan jumlah pendaftar maka batas lulus ditingkatkan, dan jika mutu lulusan yang diharapkan dipertinggi, batas lulus juga perlu dinaikan. 

Untuk keperluan seleksi, khususnya yang berkaitan dengan pertimbangan mutu lulusan, tes ketepatan untuk keahlian tertentu (proficiency test) amat berperan.

Keputusan Berkenaan Dengan Pelayanan Bimbingan dan Konseling

Dilihat dari kepentingan peserta didik, sasaran pelayanan dan konseling ialah agar peserta didik mampu mengenali dan menerima diri sendiri, serta atas dasar pengenalan dan penerimaan diri sendiri ini peserta didik mampu mengambil keputusan untuk diri sendiri, mengarahkan dan mewujudkan diri sendiri sesuai dengan bakat, kemampuan dan kemungkinan-kemungkinan yang ada pada dirinya sendiri dan lingkungannya. 

Kenyataan-kenyataan yang diperoleh melalui usaha pengukuran pendidikan (yang berkenaan dengan hasil belajar, kenyataan diagnostik, penempatan, dan seleksi) dapat menjadi bahan yang amat berguna dalam rangka pengenalan, penerimaan pengambilan keputusan, pengarahan dan perwujudan diri sendiri itu. 

Dalam bentuk yang lebih nyata pelayanan bimbingan dan konseling dapat berupa pemberian bantuan kepada peserta didik dalam usaha-usaha belajar, yang meliputi antara lain memilih sekolah dan jurusan yang sesuai dengan bakat dan minat, menentukan jumlah dan jenis mata kuliah yang akan diambil, memilih mata kuliah minor, perkembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, dan sebagainya. 

Keputusan Berkenaan Dengan Kurikulum

Salah satu kegunaan hasil pengukuran dan penilaian ialah untuk menguji isi kurikulum dan pelaksanaan pengajaran. 

Dalam suatu program pendidikan yang komprehensif dan luwes (flexible) isi kurikulum dan rancangan pengajaran beserta berbagai sasaran penunjangnya tidaklah tunggal, melainkan tersedia beberapa (atau bahkan berbagai) kemungkinan pilihan (alternatif), yang masing-masing dapat diuji taraf keunggulannya. 

Dengan demikian, perubahan dalam isi penekanan kurikulum, dalam prosedur dan sarana pengajaran dimungkinkan. Untuk ini semua informasi yang diperoleh melalui pengukuran dan penilaian pendidikan amatlah penting.

Keputusan Berkenaan Dengan Penilaian Kelembagaan

Sering terdengar penilaian bahwa suatu lembaga pendidikan tidak seproduktif lembaga pendidikan yang lain. Ada lembaga pendidikan yang menyebabkan para peserta didiknya  banyak yang putus sekolah atau  baru dapat menamatkan pendidikannya setelah menjalani masa belajar jauh melampaui batas masa belajar yang normal. 

Ada lagi lembaga pendidikan yang hanya mampu menghasilkan para lulusan yang (dilihat dari nilai hasil belajar mereka) berprestasi sekitar rata-rata saja. Hal ini semua dapat diketahui penelaahan hasil pengukuran dan penilaian pendidikan beserta berbagai sangkut pautnya.

Akhir-akhir ini banyak orang tua yang berpendapat bahwa SMA-SMA yang tamatannya banyak berhasil lulus dalam ujian masuk perguruan tinggi  adalah SMA-SMA yang baik. 
Dalam hal ini mudahlah dimengerti bahwa SMA-SMA yang baik itu menjadi SMA pilihan (favorite). 

Memang masyarakat perlu mengetahui keberhasilan sekolah tempat peserta didik-peserta didik belajar dan untuk tujuan ini informasi hasil pengukuran dan penilaian pendidikan memegang peranan utama. Tentu saja untuk membandingkan mutu ataupun keberhasilan lembaga-lembaga pendidikan tertentu hendaklah dipakai alat ukur yang sama, misalnya alat uji baku (standardrized test).

Posting Komentar untuk "Kegunaan Evaluasi Pendidikan Menurut Thorndike dan Hagen"