Penerapan Mediated Learning Experience (MLE) Pada Anak Pra sekolah Ketika Berbelanja Ke Pasar
Mediated Learning Experience (MLE)
adalah pengalaman belajar melalui mediasi. MLE merupakan suatu model belajar
interaktif yang menekankan peran orang tua atau ibu sebagai mediator dalam
interaksinya dengan anak sebagai upaya membantu anak mengenal dunianya.
Mediated Learning Experience (MLE) sebagai salah
satu metode dalam upaya pengasuhan yang menjadikan pengalaman anak sebagai
media belajarnya melalui pemanfaatan pengetahuan, ingatan dan
pengindraan.
Dalam Mediated
Learning Experience (MLE) terdapat lima tahapan yaitu focusing,
understanding, responding, disscusing, dan conclusing.
Penerapan
Mediated Learning Experience (MLE) pada anak dapat dilakukan dalam aktivitas
sehari-hari contohnya ketika anak mandi, makan, bermain, mengerjakan
pekerjaan rumah, membantu ibu, menemani ibu berbelanja dan aktivitas-aktivitas
lainnya.
Pada
implementasinya aktivitas utama yang perlu dilakukan anak-anak dalam menjalani
kegiatan sehari-hari adalah bermain sambil belajar. Oleh karena itu, orang tua
harus mampu membimbing anak agar setiap pengalaman yang anak alami dapat
menjadi pembelajaran bagi anak, melalui pengalaman, anak akan lebih mengingat
setiap pembelajaran yang terjadi dalam hidupnya.
Salah
satu contoh Mediated Learning Experience (MLE) yaitu ketika anak pra sekolah
yang berusia 2-5 tahun menemani ibunya untuk berbelanja ke pasar. Dengan
pengalaman tersebut anak akan menangkap berbagai kejadian penting serta cara
implementasinya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat
perkembangannya dan tugas perkembangannya.
Dalam
aktivitas ini anak dapat mengenal daerah di luar rumahnya, anak dapat melihat
berbagai interaksi antara pedagang dan pembeli yang datang ke pasar, anak dapat
melihat berbagai bentuk dan macam sayuran, buah-buahan, makanan yang dijual,
peralatan dan perlengkapan yang tersedia dalam kehidupan sehari-hari didukung
dengan warna dan variasi bentuk serta tempat penyimpanan yang
berbeda-beda.
Melalui
pasar anak dapat belajar berbagai kenyataan yang sebenarnya mengenai kehidupan
sesuai tugas perkembangannya yaitu dengan menemani ibu belanja ke pasar, anak
pra sekolah dapat melatih aktivitas fisik melalui berjalan, berbicara dengan
selalu bertanya dan berinteraksi kepada ibunya selama di pasar, anak juga dapat
belajar pembentukan konsep sederhana mengenai kenyataan fisik dan sosial, serta
anak dapat membedakan yang baik dan yang buruk berdasarkan
pengetahuannya.
Contoh
anak dapat mengetahui sayuran segar dan sayuran kurang segar melalui
pengetahuan yang ibunya berikan. Oleh karena itu, dalam implementasinya
memungkinkan anak untuk melakukan koordinasi motorik dan sosial.
Kegiatan
memberikan pembelajaran melalui pengalaman ketika anak berbelanja ke pasar,
berfungsi untuk mengembangkan potensi fisik dan sosial, serta kompetensi fisik,
sosial, psikologis dan mental melalui interaksi yang dilakukan selama kegiatan
berlangsung.
Skenario
peristiwa penerapan Mediated Learning Experience (MLE) pada anak pra sekolah
melalui pengalaman ketika berbelanja ke pasar.
Seorang
Ibu rumah tangga pasti memiliki rutinitas sehari-hari yaitu salah satunya
membeli kebutuhan sandang dan pangan. Dalam suatu waktu seorang Ibu pasti akan
mengajak anaknya untuk menemaninya berbelanja ke pasar.
Bagi
ibu yang cerdas, tentu kesempatan ini akan dimanfaatkan sebagai media
pembelajaran pada anak melalui pengalamannya contohnya seperti yang dilakukan
ibu saya. Ibu saya setiap minggu rutin menyempatkan waktu untuk berbelanja
kebutuhan ke pasar tradisional dengan mengajak adik perempuan saya yang berusia
4 tahun.
Ibu
saya selalu memanfaatkan kesempatan melalui pengalaman adik saya untuk
memberikan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari.
Contoh
implementasinya yaitu pertama Ibu saya mengajak adik saya pergi ke pasar dan
mulai menerapakan metode MLE dengan memfokuskan perhatian kepada adik saya atau
disebut dengan focusing.
Ibu
: "Na, ayo ikut mama ke pasar nanti kita beli sayuran dan bumbu
dapur disana."
Setelah
itu, anak akan memberi respon baik itu dengan ungkapan mau atau tidak
mau, namun sebagian besar anak biasanya selalu antusias ketika diajak
berbelanja ke pasar. Tentu ini dapat melatih dan mengembangkan kompetensi
psikologis pada anak.
Adik
: "Ayo Ma, tapi nanti aku ingin membeli mainan dan makanan."
Setelah
terjadi kesepakatan, maka ketika tiba di pasar ibu dapat merangasang anak dan
mendorong anak untuk senantiasa bertanya mengenai kejadian-kejadian yang
dialaminya.
Adik: "Ma, mau beli apa dulu sekarang?"
Langkah
kedua, ibu dapat menerapakan tahap focusing pada anak melalui dialog seperti:
Ibu
: "Kita sekarang beli dulu bumbu dapur ya Na, sini lihat mana
kira-kira toko yang menjual bumbu yang biasa mama gunakan untuk memasak."
Dalam
implementasinya anak akan mencari dan berpikir untuk menemukan toko bumbu yang
biasa digunakan oleh ibunya untuk memasak dengan memanfaatkan pengetahuan, dan
pengindraannya. Hal ini dapat mengembangkan potensi fisik dan kemampuan fisik
pada anak.
Adik : "Itu Ma disana, itu... itu Ma yang itu." (Dengan antusias anak akan
menunjuk toko tersebut dan berusaha menarik tangan ibunya untuk mendatangi toko
bumbu tersebut).
Setelah
itu,ibu memberikan pengertian dan pemahaman kepada anak mengenai bumbu yang
dibutuhkan dan mengenai toko bumbu tersebut. Pada tahapan ini dikenal sebagai
tahap understanding atau memberikan pemahaman.
Ibu
: "Oh iya benar, anak mama pintar. Bagaimana bisa tau Nak?Ayo kita
kesana untuk mencari bumbu dapur yang kita perlukan. Mama mau beli apa ya
kira-kira yang habis itu bawang putih, cabai, dan kecap manis."
Anak
akan mendengarkan terlebih dahulu sambil berpikir mengenai bentuk dan wujud
dari bumbu tersebut seperti apa dan bagaimana. Oleh karena itu, orang tua harus
mampu mendorong rasa ingin tahu dan penasaran pada anak.
Adik
: "Ma bawang putih itu yang mana, cabai yang pedas ya Ma? Kalo kecap aku tau."
Langkah
selanjutnya setelah anak mengerti, maka akan timbul respon dari anak seperti
kalimat di atas anak akan menjawab dan merespon perkataan ibunya. Anak pun akan
selalu bertanya dan mencoba mencari tahu mengenai bumbu yang hendak dibeli ibunya. langkah inilah yang termasuk pada tahap responding.
Setelah
tiba di toko bumbu, maka akan terjadi tahap discussing antara anak dan ibu melalui cerita yang dibangun. Anak akan berdiskusi, bercerita dan mengajak berbicara kepada ibu bahkan bisa kepada pedagang bumbu tersebut. Ini akan menjadi kesempatan untuk mengembangkan potensi dan kompetensi sosial pada anak.
Ibu
: "Nak, sudah sampai mama cari bawang putih yang mana ya, cabai
yang mana ya."
Lalu
ibu, berinterkasi dengan pedagang. "Pak beli bawang putih satu per
empat, cabai satu per empat dan kecap manis satu botol. "
Anak
secara tidak sadar akan mengamati sekeliling pasar dan mencoba mencari tahu apa
saja yang terdapat di pasar tersebut. Anak akan mencoba memegang barang
belanjaan di pasar seperti memegang bumbu atau sayuran dan buah-buahan di toko
tempat ibunya berbelanja. Anak akan mengambil satu jenis barang belanjaan dan
akan bertanya kepada ibunya mengenai barang tersebut.
Adik : "Ma, ini apa?"
Ibu : "Oh itu apa ya coba tebak apa, warna apa itu ya?
"
Adik : "warna merah, oh aku tau kenapa bawang putih itu disebut bawang putih karena warnanya putih ya Ma?"
Ibu : "Oh merah ya, benar bentuknya
apa ya? "
Adik
: "Bentuknya bulat seperti bola. Kalo bawang putih bentuknya
bulat tetapi bisa dilepas."
Ibu : "Oh iya seperti bola punya ade ya, tapi kok ini tidak keras ya tidak seperti bola"
Adik : "Iya ma, ini bisa dipijit dan tidak keras. Ini mungkin buah
merah." (sambil tersenyum)
Ibu : "Wah apa ya namanya? Tidak semua buah
dinamakan sesuai warna nak."
Adik
: "Tidak tau , tapi aku sering lihat di kulkas dan suka ada di masakan
yang mamah buat rasanya asam."
Anak
mencoba menggunakan kemampuan pengetahuannya, ingatannya dan pengindraannya.
Dengan ini Ibu dapat mencoba mengasah daya ingat anak, mengasah
pengetahuan warna anak, bentuk-bentuk suatu benda, tekstur dari suatu
benda dan aspek lainnya.
Ibu :"Nah, sekarang coba tebak apa namanya? Nama awalnya to..'
Adik : "Oh iya bu tomat, berwarna merah, bulat dan rasanya asam."
Ibu : "Iya benar pintar anak Mama, sekarang itung ada berapa
tomatnya?"
Adik
: "Banyak Ma satu, dua, tiga, empat, lima, banyak Ma."
Ibu :"Iya banyak ya, jadi biar sama bapak penjualnya dihitung
dan ditimbang seperti bawang putih dan cabai yang ibu beli tuh ayo lihat supaya
ade tambah pintar ya."
Adik : "Iya baik Ma , Mama itu lihat sudah hampir selesai."
Kemudian,
selanjutnya pada tahap akhir yaitu conclusing atau memberi kesimpulan mengenai
berbagai jenis bumbu dapur tersebut.
Dengan memberi penjelasan kembali kepada
anak dan menegaskannya bahwa bumbu dapur terdiri bermacam-macam dan memiliki
fungsi tertentu dengan karakteristik yang berbeda seperti antara buah
tomat, bawang putih, cabai dan kecap manis.
Masing-masing dari bumbu tersebut
memiliki warna, bentuk, rasa, tekstur dan wujud yang berbeda, maka dari itu,
melalui Mediated Learning Experience (MLE), anak dapat belajar melalui
pengalamannya secara langsung.
mantap artikelnya.
BalasHapushttps://akunulisbebas.blogspot.com