Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Klasifikasi Konflik Sosial

klasifikasi konflik sosial
Macam-macam konflik sosial dapat diklasifikasikan atas dasar pendapat beberapa ahli dan kriteria tertentu.

1. Menurut Ranjabar (2013)

Menurut Ranjabar, konflik sosial yang ada di masyarakat terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Konflik Individual

Konflik dalam individu ini bisa diartikan sebagai konflik yang terjadi dalam mental atau diri seseorang karena suatu hal. Hal ini bisa berupa pilihan yang berbeda dengan kata hati. Pada umumnya konflik individu lebih bersifat informal, tersembunyi, melakukan tindakan negatif, melakukan sabotasi, dan lain sebagainya.

Contohnya seseorang yang menyesal bekerja sebagai kriminal untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dalam diri orang tersebut, ia mengalami konflik antara nilai moral dengan tekanan ekonomi yang harus dipenuhi.

b. Konflik Kolektif

Konflik kolekif merupakan suatu konflik yang melibatkan banyak orang, serta memiliki tujuan dan kepentingan yang sama. Pada umumnya, konflik ini memiliki dorongan yang lebih kuat bila dibandingkan dengan konflik individu. Individu yang berada dalam konflik biasanya memiliki solidaritas dan kebersamaan yang kuat. 

Konflik ini memiliki jumlah anggota bnyak dan memiliki tingkat emosi yang sangat tinggi dansifatnya sangat rumit bila dibandingkan dengan konflik individu.

2. Menurut Ralp Dahrendorf

Ralp Dahrendorf membedakan konflik sosial ke dalam bentuk:

a. Konflik Peran

Konflik peran merupakan suatu kondisi dimana sesorang mendapati kenyataan yang berlawanan dengan perannya dalam kehidupan nyata. Misalnya, peran seorang pekerja yang dituntut unuk mengerjakan sesuatu yang bukan tanggung jawabnya.

b. Konflik Kelompok Sosial

Konflik antara kelompok sosial terjadi karena danya perbedaan kepentingan dalam upayanya mencukupi kebutuhan kelompok tersebut. Contoh konflik antar kelompok sosial adalah konflik antara kelompok pro pemerintah dan kelompok yang tidak terorganisir.

c. Konflik antarkelompok yang terorganisir dan kelompok yang tidak terorganisir

Konflik ini biasanya terjadi saat unjuk rasa. Dimana polisi sebagai kelompok yang terorganisir.

d. Konflik antarsatuan nasional

Konflik ini disebut juga konflik antarkepentingan organisasi. Misalnya politikn tingkat RT/RW, Desa, hingga tingkat nasional.

e. Konflik antar agama

Konflik ini sering terjadi pada zaman dahulu saat konsep toleransi belum diindahkan.

Macam-macam konflik juga dapat diklasifikasikan dalam beberapa aspek sebagai berikut.

1. Konflik Berdasarkan Tujuan Organisasi

Konflik sosial dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan organisasi. Tahukah kalian maca-macam konflik sosial menurut hubungan dengan tujuan organisasi?

a. Konflik Fungsional

Konflik fungsional merupakan konflik yang mendukung tercapainya tujuan organisasi dan bersifat konstruktif. Konflik ini sangat dibutuhkan dalam organisasi. Dalam konflik ini dapat memperbaiki kinerja kelompok apabila dikelola dan dikendalikan dengan baik. 

Contoh konflik fungsional, misalnya ada sebuah kasus dimana seorang manajer perusahaan menghadapi masalah tentang pengalokasian dana untuk meningkatkan penjualan produk.

b. Konflik Disfungsional

Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2010), disfungsional merupakan suatu kegiatan ata organisasi yang memiliki disfungsi ketika beberapa dampak dapat menghambat organisasi lainnya.Jika suatu kegiatan atau organisasi sosial mengalami disfungsional, tidak dipungkiri juga dapat menimbulakn konflik. 

Konflik disfungsional merupakan konflik yang menghambat tercapainya suatu organisasi dan bersifat destruktif (merusak). Konflik disfungsional tidak dapat dihindari karena keberadaan konflik ini pasti ada dalam setiap organisasi atau masyarakat. Konflik disfungsional dapat merugikan semua pihak, individu, kelompok, dan organisasi.

2. Konflik Berdasarkan Posisi Pelaku yang Berkonflik

Konflik sosial yang ada di masyarakat sangat beragam, salah satunya diklasifikasi menurut hubungan dengan posisi pelaku yang berkonflik. Adapun macam konflik sosial tersebut adalah sebagai berikut.

a. Konflik Vertikal

Konflik vertikal adalah konflik antara satu pihak dalam suatu struktur organisasi yang mempunyai derajat kedudukan yang tidak sama. Berikut contoh dari konflik vertikal.

  • Konflik antara atasan dengan bawahan dalam suatu instansi
  • Konflik antar buruh dengan majikan dalam suatu perusahaan

b. Konflik Horizontal

Konflik horizontal adalah konflik sosial yang terjadi di dalam masyarakat antara dua pihak atau lebih yang mempunyai kedudukan sederajat. Contohnya antara lain:

  • Konflik antara suku yang satu dengan suku yang lain dalam suatu negara.
  • Konflik antara umat agama yang satu dengan umat agama lainnya.
  • Konflik antara parpol yang satu dengan parpol yang lain.

Konflik horizontal dapat dipicu oleh beberapa hal berikut.

  • Adanya kecemburuan yang bersumber pada ketimpangan ekonomi antarkaum pendatang dengan penduduk lokal.
  • Adanya sikap saling mengklaim terhadap sumber dana yang semakin terbata.
  • Adanya dorongan emosional kesukuan karena ikatan norma tradisional.
  • Munculnya sikap yang berlebihan antar pemeluk agama
  • Mudah dipengaruhi oleh provokator kerusuhan.

c. Konflik Diagonal

Dalam suatu organisasi terjadi ketidakadilan sumber daya sehingga menimbulkan -pertentangan atau konflik yang ekstrim. Pertentangan itulah yang dinamakan konflik diagonal. Sebagai contohnya kasus konflik antara pemerintah dan warga sekitar karena adanya perilaku yang tidak adil atas alokasi sumber daya ekonomi oleh pemerintah pusat.

3. Konflik Berdasarkan Sifat Pelaku yang Berkonflik

Konflik berdasarkan sifat pelaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konflik terbuka dan konflik tertutup.

a. Konflik Terbuka

Konflik terbuka merupakan konflik yang diketahui oleh semua pihak atau masyarakat dalam suatu negara. Kalian pasti pernah mendengar berita tentang konflik Israel dan Palestina. Bagaimana tanggapan kalian mengenai konflik tersebut? Konflik Israel dan Palestina merupakan contoh konflik terbuka. 

Hal ini dikarenakan konflik tersebut diketahui oleh semua pihak, termasuk Indonesia. Bahkan, masyarakat Indonesia melakukan penggalangan dana untuk membantu korban konflik tersebut. 

Selain konflik Israel, kalian juga bisa mengamati contoh konflik lainnya yang sifatnya terbuka di lingkungan sekitarmu.

b. Konflik Tertutup

Konflik tertutup merupakan kebalikan dari konflik terbuka. Dalam konflik terbuka diketahui oleh semua pihak, sedangkan konflik tertutup hanya diketahui oleh pihak yang terlibat dalam konflik tersebut. 

Dalam konflik tertutup, pihak yang tidak terllibat konflik tidak tahu jika terjadi konflik. Sebagai contohnya konflik intern sekolah sehingga pihak luar tidak tahu adanya konflik.

4. Konflik Berdasarkan Waktu

Konflik sosial berdasarkan waktu dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a. Konflik Sesaat (Konflik Spontan)

Konflik sesaat dapat terjadi dalam waktu yang singkat atau sesaat saja karena adanya kesalahpahaman antara pihak yang berkonflik. Konflik sesaat dapat berakhir pada saat adanya penjelasan antara pihak yang berkonflik. 

Sebagai contohnya konflik antara dua peserta didik yang berbeda argumen saat berdiskusi. Saat itu, mereka memegang teguh argumen masing-masing sehingga dapat menimbulkan konflik. 

Namun, konflik tersebut hanya terjadi pada saat diskusi saja. Setelah selesai diskusi, mereka tetap berteman dan tidak terjadi konflik lagi.

b. Konflik Berkelanjutan

Konflik berkelanjutan terjadi dalam waktu yang lama dan sulit untuk diselesaikan. Dalam penyelesaian konflik ini harus melalui berbagai proses dan tahapan yang rumit. Apabila konflik ini sudah selesai, tidak menutup kemungkinan dapat muncul Kembali konflik sebagai kelanjutan dari konflik dari konflik yang terdahulu. 

Salah satu contoh konflik berkelanjutan ialan konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan. Selain konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan, kamu juga dapat menyebutkan contoh lainnya yang ada di lingkungan sekitarmu.

5. Konflik Berdasarkan Pengendalian

Konflik sosial juga dapat dibedakan berdasarkan pengendaliannya. Tahukah kalian apa saja konflik yang dimaksud?

a. Konflik Terkendali

Menurut Ranjabar (2013), konflik terkendali merupakan suatu konflik di mana para pihak yang terlibat dapat dengan mudah mengendalikan konflik sehingga kjonflik tidak meluas dan cepat selesai. 

Sebagai contoh, konflik yang terjadi saat rapat OSIS. Pada rapat tersebut terjadi beberapa pendapat untuk mengembangkan organisasi tersebut, sehingga terjadi perbedaan pendapat yang berujung pada konflik. 

Namun, adanya ketua OSIS dapat meredam konflik tersebut dengan memberikan solusi yang bijak. Oleh karena itu, konflik dalam rapat OSIS dapat dikendalikan dengan baik.

b. Konflik Tidak Terkendali

Konflik tidak terkendali merupakan konflik di mana pihak yang terlibat tidak dapat mengendalikan konflik tersebut sehingga akibatnya dapat meluas. Konflik yang tidak terkendali dapat menyebabkan munculnya kekerasan. 

Contoh konflik tidak terkendali, seperti tawuran, demonstrasi yang berakhir ricuh, dan lain sebagainya.

6. Konflik Berdasarkan Sistematika Konflik

a. Konflik Nonsistematis

Konflik nonsistematis memiliki sifat yang acak, dimana terjadi secara spontanitas dan tidak ada tujuan yang dicapai. Dalam konflik ini pihak yang berkonflik tidak melakukan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Salah satu contoh konflik nonsistematis ialah tawuran pelajar.

b. Konflik Sistematis

Konflik sistematis merupakan kebalikan dari konflik nonsistematis, di mana konflik tersebut telah direncanakan secara sistematis dan memiliki tujuan yang ingin dicapai. Dalam konflik ini, pihak yang berkonflik melakukan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dilakukan dengan cermat, hati-hati, dan sistematis. 

Setiap tingkah laku dari salah satu pihak dianalisis secara cermat dan hati-hati agar memperoleh keuntungan bagi pihak lainnya.

Sumber:

Modul Sosiologi Kelas XI - Kompetensi Dasar 3.4 dan 4. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Posting Komentar untuk "Klasifikasi Konflik Sosial"